Pengunjung

Kamis, 14 Oktober 2010

Tentang IQ, EQ dan SQ

TENTANG IQ, EQ DAN SQ

Yang saya tahu, IQ itu untuk kepintaran, EQ itu untuk emosi, dan SQ itu untuk nilai yang menjurus pada nilai keagamaan atau moral. Jadi, ketiganya itu sangat penting untuk kita miliki dan kembangkan agar kita nantinya menjadi manusia yang bisa menikmati hidupnya apapun keadaannya.
Dan yang saya ketahui juga, jarang sekali orang di dunia ini yang memiliki ketiga nilai tersebut dalam jumlah yang seimbang. Ada orang yang sangat pintar, namun emosian dan moralnya kurang. Ada orang yang bodoh, tapi baik hati dan pengertian kepada sesama. Dan ada juga orang yang bodoh, emosian, tapi dia menjunjung tinggi nilai keagamaan yang dia anut. Banyak sekali variasi-variasi yang bisa kita temukan di luar sana apabila kita mau membuka mata, membuka batasan penglihatan kita. Setelah kita melihat langsung, pasti kita akan langsung berpikir bahwa nilai-nilai tersebut memang sangat berguna dan dibutuhkan untuk mencapai hidup yang sempurna untuk seorang manusia.
Saya punya pengalaman tentang bahasan saya ini, tentang bagaimana bisa hidup se-sempurna mungkin dalam keadaan apapun. Waktu itu saya sedang mudik, kampung saya di Malang, Jawa Timur. Setelah beberapa hari disana bersilaturahmi, saya pun pulang ke Jakarta. Sebelum keluar daerah Malang, bensin habis sehingga saya mampir ke POM bensin terdekat. Tak ada yang aneh disana, seperti biasa, petugas yang mengenakan baju merah, bau bensin yang saya benci, banyak motor yang antre untuk mendapatkan bensin, dan banyak pedagang-pedagang yang berjualan di sekitar POM. Namun saya kaget ketika sebuah gerobak sampah datang ke POM itu. Awalnya sih biasa saja, karena itu hanya petugas sampah yang rutin mengambil sampah di POM. Namun gerobak sampah itu unik, dia mengeluarkan bunyi klakson layaknya truk besar. Bentuknya pun bagus (setelah melihat dari dekat) jadi gerobak sampah itu di modifikasi menjadi sebuah gerobak yang berbadan truk. Mungkin kalian bingung membayangkannya, namun itulah yang ada di depan saya waktu itu. Gerobak sampah, dengan cat-cat yang dioles sendiri, bentuk yang dibuat sendiri, membuat gerobak itu mempunyai karisma tersendiri yang menarik hati.
Saya coba mendekat lagi dan akhirnya berpapasan dengan si pemilik gerobak sampah. Dia tersenyum, dia seakan-akan terlihat menikmati pekerjaannya. Padahal sebagaimana kita ketahui, tukang angkut sampah, itu merupakan pekerjaan yang rendah dan tidak dianggap atau diremehkan di Negara kita. Namun si pemilik gerobak itu tidak memikirkannya. Dia riang berjalan ke ujung POM, disana terdapat tempat sampah yang nantinya akan dia pindahkan ke gerobak sampahnya. Saya pun terenyuh melihat keadaan itu. Dia saja yang cuma tukang angkut sampah bisa segitu menikmati pekerjaannya dan bersyukur atas apa yang dijalankannya, masa iya saya yang masih muda ini terus bermalas-malasan dan tidak bersyukur bahwa keadaan saya seperti ini. Saya menyimpulkan, meskipun si pemilik gerobak tadi bodoh, bodoh disini maksudnya nilai IQ nya kurang bagus, namun dia memiliki sikap social yang sangat tinggi, bisa dibilang EQ nya tinggi dibanding IQ nya. Karena peristiwa itulah, aku sadar akan kewajiban mensyukuri apa yang kita terima sekarang ini. Hidup penuh kemewahan belum menjamin kepuasan batin. Justru hidup yang sederhana dan dalam keikhlasan, adalah hidup yang sangat ideal.

Sekian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar